Motto

Jika anda jatuh cinta maka janganlah berusaha untuk menyakiti tapi berusahalah untuk bertahan di saat kita tersakiti
Diberdayakan oleh Blogger.

Inilah aku

Inilah aku

Cari Blog Ini

RSS

PERAN CENDEKIAWAN TERHADAP KEMAJUAN DAN STABILITAS SEKTOR KETENAGALISTRIKAN Oleh : Akbar, Universitas Muhammadiyah Makassar


PENDAHULUAN

Latar belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan energi minyak dan batu bara namun jika kekayaannya tidak dimanfaatkan secara optimal akan menjadi sia-sia sehingga para perusahaan asing berlomba-lomba mengeksploitasi tambang sumber energi Indonesia namun di balik itu semua eksploitasi sumber minyak dan batu baara yang dilakukan oleh perusahaan asing membuat indonesia kurang dan belum sejahtera di sisi ekonomi di samping itu indonesia masih memmerlukan minyak bumi dan batu bara untuk menghidupkan semua pembangkit listrik-nya, namun sayang semua pembangkit listrik tersebut berbahan bakar minyak bumi dan batu bara yang mana akibatnya adalah jika harga minyak bumi naik maka harga listrik per watt-nya pun naik sehingga inipun mebuat rakyat merasa berat untuk membayar tagihan listrik yang ia rasakan semakin mahal, akibatnya rakyat pun harus mengurangi kebutuhan sekundernya guna memenuhi kebutuhan sehari-harinya tersebut yang bernama listrik
Listrik merupakan salah satu kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh manusia dalam menjalankan aktivitasnya. Hal ini dapat dilihat dari besarnya pengaruh tenaga listrik bagi kehidupan masyarakat dalam rangka mengembangkan perekonomian bangsa yang tentunya akan berimbas pada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Bukan hanya itu, listrik telah mampu membuat kenyamanan bagi penggunanya, hanya saja itu belum mampu dirasakan oleh seluruh masyarakat secara merata. Di Sulawesi Selatan misalnya, masih tercatat 534 desa masih belum mampu merasakan terangnya malam oleh sinar lampu yang dipancarkan oleh energi listrik tersebut.

Seiring dengan berjalannya waktu, masalah listrik pun bermunculan. Mulai dari persedian pasokan energi yang berkurang oleh faktor alam mengakibatkan PLN harus mengambil tindakan dengan melakukan pemadaman bergilir. Hal ini tentunya berimbas pada aktivitas masyarakat yang banyak bergantung pada energi listrik.  Keadaan ini pun sentak menimbulkan reaksi pada masyarakat. Menurut masyarakat, pemadaman listrik telah mengganggu aktivitas sehari-hari. Mereka berpendapat, pemadaman bukanlah solusi, mengingat krisis listrik merupakan persoalan kronis yang tak kunjung mendapatkan jalan keluar. Pemerintah maupun PLN dinilai lamban mengatasi krisis listrik yang mendera.

Perlu dipahami, bahwa masalah listrik bukan hanya menjadi maslah PLN dan pemerintah tetapi menjadi tanggung jawab seluruh elemen masyarakat dalam memberikan solusi konrit dalam menyelesaikan masalah tersebut. Kaum cendekiawan yang tentunya selalu berfikir juga harus andil dan memaksimalkan perannya dalam mejaga stabilitas dan kemajuan sektor ketenagalistrikan. Hal inilah yang mendasari penulis tertarik mengangkat judul “Peran Cendekiawan Terhadap Kemajuan Dan Stabilitas Sektor Ketenagalistrikan”. Semoga dapat menjadi sebuah solusi untuk kaum intelektual agar lebih memaksimalkan perannya dalam menyelesaiakan masalah listrik di Indonesia.

Rumusan masalah

Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam karya tulis ilmiah ini adalah bagaimanakah peran cendekiawan bterhadap kemajuan dan stabilitas sektor ketenagalistrikan?

Tujuan penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui peran cendekiawan terhadap kemajuan dan stabilitas sektor ketenagalistrikan.

GAGASAN

Listrik dan Permasalahannya

Suatu hal yang patut kita acungkan jempol bahwa potensi sumber daya alam cukup melimpah. Potensi tersebut meliputi berbagai sektor termasuk air sebagai pendukung sektor ketenagalistrikan yang tentunya apabila dikelola dengan baik akan memberikan kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi bangsa. Listrik merupakan kebutuhan manusia diera modern ini sehingga terkadang masyarakat pun bertindak jika kebutuhan listriknya terganggu. menjadi korban pemadaman listrik secara bergilir terus-menerus harus dirasakan. pemadaman listrik tentu telah mengganggu aktivitas sehari-hari padahal jika dipikir maka pemadaman bukanlah solusi, mengingat krisis listrik merupakan persoalan kronis yang tak kunjung mendapatkan jalan keluar. tak jarang warga mendatangi kantor PLN berunjuk rasa sebagai bentuk protes, para pengunjuk rasa bahkan melempari kantor itu dengan tomat busuk.
Pemerintah maupun PLN dinilai lamban mengatasi krisis listrik yang mendera. Dalam beberapa tahun ini pemadaman bergilir di sulawesi dan lainnya seakan menjelma menjadi hantu, yang datang pada siang maupun malam hari. Setiap saat warga terbayang soal pemadaman bergilir. Pemadaman listrik membuat warga tak bisa lagi mencuci atau menenyetrika pakaian sesuai jadwal normal. Semua pekerjaan yang tergantung listrik terpaksa dikumpulkan pada saat listrik menyala. Warga juga mengeluh, banyak alat-alat listrik mereka yang rusak akibat pemadaman listrik yang berkali-kali. Sehari acap tiga kali pemadaman. Ini sudah mengganggu dan merugikan warga. Kalau kekesalan menghadapi pemadaman ini terakumulusi dengan berbagai persoalan lain, dikhawatirkan bisa timbul hal-hal yang negatif.
Faktor alam

Faktor alam menjadi alasan klasik tentang tak normalnya sistem kelistrikan di Sulselrabar. PLTA Bakaru yang menyuplai 25 persen-32 persen energi listrik di Sulsel, nyaris kekeringan air pada musim kemarau ini setiap saat, debit airnya menyusut. Masalah makin parah karena sedimentasi di PLTA itu memprihatinkan. Diperkirakan tumpukan sedimen di Bakaru sudah lebih dari satu juta meter kubik sehingga memengaruhi arus air yang masuk ke turbin.

Kuota BBM

Sebetulnya PLN Sulselrabar bisa saja memaksimalkan pembangkit yang menggunakan mesin-mesin berbahan baku solar di PLTU Tello atau PLTD Suppa. Namun, kondisi mesin PLTU sendiri tidak memungkinkan. Apalagi ada pembatasan kuota pembelian bahan bakar minyak. Untuk PLN Sulselrabar, kuota kami sebesar 223.000 kiloliter per tahun. Memang dengan penggunaan solar, untuk setiap kilowatt per hour (kWh) dibutuhkan 0,56 liter, yang kalau dirupiahkan menjadi Rp 2.000 per kwh. ini cukup mahal. Ditambah lagi dengan adanya aturan bahwa jika pemakaian solar melebihi dari kuota maka akan mendapatan denda. dengan memaksimalkan penggunaan pembangkit yang menggunakan solar, pemakajan solar bertambah 20 persen-30 persen dari jumlah kuota. Kalau saat normal kebutuhan solar hanya sekitar 100 kiloliter-200 kiloliter per hari, dengan memaksimalkan pembangkit kebutuhan solar meningkat menjadi 600 kiloliter per hari. Untuk penambahan pemakaian solar ini saja, PLN harus mengeluarkan anggaran Rp 4 miliar-Rp 5 miliar per hari.

Pembangkit baru

Saat ini dari kapasitas terpasang sebesar 575 MW, PLN Sulselra hanya punya daya 445 MW. Saat beban puncak daya rata-rata 430 MW-440 MW. Karena itu, menghadapi kondisi sampai kini sistem kelistrikan di Sulsel selain dipasok PLTA Bakaru (kapasitas 126 MW), juga dipasok Pembangkit Listrik Tenaga Diesel PLTD) Suppa (65 MW), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tello (197 MW), PT Energi Sengkang (135 MW), PLTA Bili-bili (20 MW), dan sejumlah pembangkit lainnya yang berkapasitas kecil. Tetapi, sejak beberapa bulan ini pembangkit-pembangkit itu kerap menghadapi sejumlah kendala. Sejak beberapa waktu lalu PLTA Bili-bili juga tak beroperasi maksimal karena sumber air yang ada harus dibagi untuk kepentingan irigasi dan air bersih. Karena itu, PLTA itu rata-rata hanya menyuplai 9 MW (siang) dan 13 MW (malam).
Runyamnya, masalah kelistrikan di Sulselrabar seakan silih berganti dan terjadi rutin setiap tahun. Tatkala beberapa PLTA didera faktor alam, sejumlah pembangkit lainnya menghadapi masalah lain lagi. Sejak enam bulan terakhir ini PLTD Suppa, PLTG Sengkang (PT Energi Sengkang), dan PLTU Tello tak mampu beroperasi secara optimal karena sejumlah mesinnya mengalami perbaikan berkala. PLTG Sengkang yang mempunyai tiga mesin pembangkit hanya mampu menyuplai 67,5 MW dan daya normal 135 MW. Di PLTU Tello, dan 11 pembangkit yang beroperasi hanya 3 mesin. Sisanya, selain dalam perbaikan juga ada yang rusak. Karena itu, belakangan ini PLTU Tello hanya mampu memasok 70 MW. alam dan mesin-mesin pembangkit yang telah uzur, harapan PLN tak lain adalah pembangunan pembangkit baru yang handal.
Peran Cendekiawan Terhadap Kemajuan dan Stabilitas Ketenagalistrikan

Kaum cendekiawan tentunya memiliki tanggung jawab dalam melakukan rekontruksi gerakan menuju perubahan di Indonesia. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Bung Hatta bahwa kaum intelegensia Indonesia mempunyai tanggung jawab moril terhadap perkembangan masyarakat. Apakah ia duduk di dalam pimpinan negara dan masyarakat atau tidak, ia tidak akan terlepas dari tanggungjawab itu. Sekalipun berdiri di luar pimpinan, sebagai rakyat demokratis, ia harus menegur dan menentang perbuatan yang salah, dengan menunjukkan perbaikan menurut keyakinannya.

Tanggung jawab itu tentunya harus diejawantahkan dalam segala sektor termasuk pada sektor ketenagalistrikan. Peran kaum cendekiawan dapat kita lihat dari berbagai sudut pandang yaitu:

Kaum cendekiawan sebagai pelopor
Sebagai pelopor maksudnya kaum cendekiawan harus tanggap dalam melihat kondisi kekinian yang dialami oleh dunia kelistrikan indonesia termasuk pada terbatasnya kapasitas daya listrik yang tidak berimbang dengan kebutuhan masyarakat baik dalam skala rumah tangga maupun yang dibutuhkan oleh dunia industri. Peran kaum cendekiawan dapat dilihat dari banyaknya tenaga listrik alternatif yang mampu menajdi salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia.

Kaum cendekiawan sebagai promotor
Kaum cendekiawan menuntut ilmu bukan hanya sekedar untuk dirinya tapi bagaimana dia mampu bermanfaat bagi orang lain. Sebagai kaum cendekiawan, harus mampu memaksimalkan peran dan fungsinya dalam memajukan perkembangan bangsa, dalam hal kelistrikan dia dapat berfungsi ganda sebagai promotor. Hal yang dapat dilakukan adalah membantu PLN dalam mempromosikan bagaimana agar masyarakat menggunakan tenaga listrik seperlunya dan tidak berlebihan.

Mendorong pertumbuhan ekonomi
Kaum cendekiawan juga berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu problem mendasar yang dihadapi oleh dunia ketenagalistrikan indonesia terletak pada investasi modal yang kurang dalam mengembangkan listrik indonesa sehingga disisi lain kita harus mengikutsertakan BUMS sebagai salah satu pemegang saham dalam menangani masalah listrik indonesia. Inilah salah satu yang dapat dilakukan oleh kaum cendekiawan adalah memajukan stabilitas ekonomi bangsa yang akan berimbas pada peningkatan investasi dibidang ketenagalisrtrikan.

Mencerdaskan kehidupan bangsa
Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan amanat UUD alinea ke-4 merupakan tolak ukur dari kenberhasilan bangsa indonesia dalam upaya memeratakan pendidikan yang adil dan mensejahterakan. Guna melahirkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang handal dibidang ketenagalistrikan, kaum cendekiawan harus mampu memaksimalkan perannya dalam memberikan konstribusi pengetahuan kepada generasi muda sehingga pengelolaan SDA tidak lagi memakai tenaga asing tapi memanfaatkan tenaga lokal yang handal disetiap bidangnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki SDA yang cukup berlimpah dalam menopang pengembangan perekonomian bangsa, namun disisi lain berbagai masalah juga dialami oleh Indonesia. Listrik merupakan kebutuhan masyarakat dalam mendukung aktivitasnya namun mengalami berbagai macam kendala dalam menyiapkan pasokan listrik mulai dari faktor alam sampai pada faktor pengelolaan yang dianggap lamban. Hal ini tentunya memerlukan perhatian dari berbagai pihak termasuk kaum cendekiawan. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh kaum cendekiawan adalah kaum cendekiawan sebagai pelopor, sebagai promotor, membantu pertumbuhan ekonomi nasional dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Saran-saran
Berbagai masalah yang dihadapi oleh sektor ketenagalistrikan dapat diatasi dengan memaksimalkan segala potensi yang ada. Seharusnya pemerintah harus peka dalam melihat potensi daerahnya termasuk dengan memaksimalkan fungsi dan peran seluruh masyarakat. Kaum cendekiawan juga harus turut membantu PLN dalam mempromosikan program hemat listrik dan memaksimalkan fungsinya. Kepada pihak PLN, ini adalah langkah bagus dalam melahirkan generasi muda yang memahami masalah bangsanya termasuk di sektor kelistrikan tapi dalam lomba selanjutnya dilampirkan sistematika penulisannya supaya penyusun tidak repot dalam menyusun karya tulisnya.

DAFTAR PUSTAKA

Iqbal Muhammad. 2010. Masalah pembangkit listrik di Indonesia. www.kompas.com. Diakses pada tanggal 15 Desember 2011.

Forum Komunkasi Partai Politik Sulawesi Selatan. 2011. Kertas Posisi. LSKP. Makassar

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pendidikan dan Islamisasi Kampus (Antara Kebebasan, Moralitas dan Jilbab)


Tuntutlah ilmu walaupun di negeri cina”, demikianlah satu dari pepatah arab yang menyerukan manusia dalam membekali dirinya dengan ilmu. Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia. Dengan pendidikan, seseorang akan sampai pada harapan dan impian yang membuatnya hidup untuk selamanya. Namun disisi lain, pendidikan pulalah yang mampu menghantarkan seseorang pada jebakan dunia yang mampu membuatnya jatuh dan terperangkap pada lubang yang Dalam yang tak satupun diantara ilmunya mampu menyelamatkannya. Keberadaan mahasiswa diarahkan pada perubahan pola pikir dan cara pandang yang luas dalam melihat realita kehidupan dalam konteks kekinian sehingga mereka diharapkan mampu melakukan pembacaan serta menentukan arah dan gerakan yang akan dibangun setelah itu. Hal ini tentunya membutuhkan bagaimana kemudian pendidikan mampu membangun cara berfikir dan menelaah setiap realitas yang Nampak. Itu bisa terjadi melalui cara dosen memberikan pelajaran kepada mahasiswanya. Inilah yang selama ini kurang dilirik dalam setiap pengambilan keputusan dalam menentukan kualifikasi dosen yang akan mengajar pada setiap kampus karena menurut saya selama ini dosen hanya mampu melakukan transfer ilmu tetapi dia tidak mampu melakukan transfer nilai. Bagaiamana mungkin seorang mahasiswa bisa menjadi orang disiplin dan beretika sementara osen pancasilanya saja sering terlambat dan menghukum dengan alasan malas masuk kuliah, diperparah lagoi oleh dosen yang terkadang tidak masuk dengan alasan yang sangat tidak rasional bagi seorang dosen yang mengaku sebagai kaum terdidik.
Hal demikian terkadang menginginkan kehidupan yang bebas dan tidak terkekang dengan berbagai aturan. Sampai-sampai karena kuatnya keinginan ini mereka tidak lagi mengindahkan norma-norma agama, sebab mereka menganggap agama sebagai belenggu semata. Meskipun faktanya, kebebasan yang tanpa batas mustahil terwujud di dunia ini. Karena perbuatan yang dilakukan oleh manusia sering dipengaruhi oleh dorongan hawa nafsu, sehingga ketika seseorang meninggalkan norma-norma agama otomatis dia akan terjerumus mengikuti aturan hawa nafsunya yang dikendalikan oleh setan, dan ini merupakan sumber malapetaka terbesar bagi dirinya. Karena hawa nafsu manusia selalu menggiring kepada keburukan dan kerusakan, sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Sesungguhnya nafsu (manusia) itu selalu menyuruh kepada keburukan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabbku” (QS Yusuf:53)

Pendidikan dan Moralitas
Kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi manusia sepertinya belum bergeser hingga abad ini. Sebagai bukti kesadaran tersebut, dapat kita lihat dimana banyaknya siswa-siswi yang jatuh pingsan setelah mereka mendengar pengumuman dan dinyatakan bahwa dirinya tidak lulus ujian akhir, jatuhnya mereka dapat dipahami karena mereka tidak lagi memiliki kesempatan untuk menimbah ilmu pada jenjang yang lebih tinggi, harapan mereka untuk menyandang status mahasiswa pupuslah sudah.Mahasiswa yang merupakan gabungan dari dua kata yaitu maha dan siswa, maha dalam kamus bahasa indonesi berarti ter,lebih atau paling. Oleh karena itu, beruntunglah kita semua yang bias meraih status maha tersebut.
            Realitas kehidupan diera modern telah terjadi dikotomi antara pendidikan dan moralitas. Orang yang pendidikannya tinggi belum tentu mempunyai etika, akhlak dan moralitas yang baik. Malah banyak fakta di lapangan membuktikan betapa banyak orang yang berpendidikan tinggi memiliki kelakuan yang melanggar nilai-nilai kehidupan (agama dan moralitas). Artinya bahwa di era globalisasi ini, ilmu tak lagi mampu menghantarkan pada pemahaman agama dengan baik yang sdapat terwujud melalui terjaganya akhlak dan moralitas dalam kehidupan sehari-hari.
            Keterpisahan pendidikan dari agama tidak terlepas dari cara pandang kita dalam menentukan orientasi pendidikan. Dimana orientasi pendidikan telah diletakkan pada capital dan status. Orang berlomba-lomba menuntut ilmu setinggi-tingginya pada lembaga pendidikan formal yang ada sekalipun dengan cara KKN dengan harapan bahwa ia bias mengembalikan capital yang lebih banyak.
            Hal inilah yang seharusnya menjadi perhatian dan dijawab oleh orang-orang yang memiliki kesempatan mengenyam pendidikan lebih tinggi dengan mengembalikan agama sebagai orientasi pendidikan kita. Adapun capital dan status diletakkan sebagai efek yang dihasilkan dari orientasi tersebut. Dengan cara ini maka tidak ada lagi dikotomi antara pendidikan dan agama dan orang yang berijazah tinggi akan mempunyai etika dan moralitas yang baik pula dalam kesehariannya.

Proses Islamisasi kampus dengan Jilbab
Hal lain yang nampak adalah adanya upaya Islamisai kampus dengan menjadikan jilbab sebagai slogan keberislaman kampus tersebut. Bukan berarti saya mengajak kita untuk menolak atau mendukung program tersebut, menerima atau menolak, sepakat atau tidak, itu adalah pilihan anda secara personal, namun pilihan itu harus punya landasan yang rasional sebab kita adalah mahasiswa yang dianggap sebagai kaum terpelajar dan rasional. Setidaknya kita bersikap menerima atau menolak dengan landasan pemikiran yang filosofis yang dapat memperkuat pendirian dalam menguatkan diri serta meyakinkan orang lain.
Betulkah jilbab dapat dijadikan patokan sebagai kampus yang islami?. Inilah pertanyaan yangf muncul dengan kebijakan tyang sedikit memaksa menurut saya. Maka jangan mempertanyakan kepada mhasiswi yang berpakaian setengah badan masuk kampus alias mahasiswi yang berpakaian dan berjilbab modis yang tidaj mengandung spirit relijius dimana mereka berjilbab bukan karena keyakinan melainkan karena system yang mengikat dan sedikit memaksa. Saya bukanlah paranormal tetapi yakin saja jika mereka ditanya tentang kebijakan tersebut maka mereka akan menjawab untuk tidak setuju. Ini merupaka hokum kausalitas yang memang harus terjadi, munculnya ide dengan menjadikan jilbab sebagai lambing islamisasi kampus karena menjalarmnya dekadensi moral yang sudah semakin sulit untuk dipertanggungjawabkan.
Lalu bagaimana system pendidikan bias membangun cara berfikir yang bermoral?. Ini dapat terbangun dari bagaimana seorang dosen mengajar anak didiknya, inilah yang terkadang disepelekan dalam mengambil kebijakan dengan memakai jasa dosen yang tak jelas datangnya dari mana, tak jelas ideologinya, tak jelas tingkahnya yang tentunya akan berimplikasi pada cara pandang mahaiswa itu sendiri.
Dari sini kita bias lihat bahwa pendikan, islamisasi kampus haruslah diselaraskan dengan kebebasan dan moralitas dimana kebebasan adalah gambaran dari sebuah sikap dewasa yang sesungguhnya yang nantinya akan bermuara pada perbaikan system dan niali budaya yang menjunjung tinggi nilai- nilai moralitas. Sehingga apa yang dikatakan dalam Al-qur’an “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin agar hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, sehingga mereka tidak diganggu/disakiti. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS al-Ahzaab:59) dijadikan sebagai landasan para pejilbab dalam memakainya bukan karena sistemnya.
Billahi Fiisabilil haq, fastabiqul khaerat.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS