PENDAHULUAN
Latar belakang
Indonesia merupakan negara yang
kaya akan energi minyak dan batu bara namun jika kekayaannya tidak dimanfaatkan secara optimal akan menjadi sia-sia sehingga para perusahaan asing berlomba-lomba mengeksploitasi tambang sumber
energi Indonesia namun di balik itu
semua eksploitasi sumber minyak dan batu baara yang dilakukan oleh perusahaan asing membuat indonesia kurang
dan belum sejahtera di sisi ekonomi di
samping itu indonesia masih memmerlukan minyak bumi dan batu bara untuk
menghidupkan semua pembangkit listrik-nya, namun
sayang semua pembangkit listrik tersebut berbahan
bakar minyak bumi dan batu bara yang mana akibatnya adalah jika harga minyak bumi naik maka harga listrik per watt-nya
pun naik sehingga inipun mebuat rakyat merasa berat untuk membayar tagihan listrik yang ia rasakan semakin mahal, akibatnya rakyat pun harus mengurangi kebutuhan sekundernya guna
memenuhi kebutuhan sehari-harinya tersebut yang bernama listrik
Listrik merupakan salah satu
kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh manusia dalam menjalankan aktivitasnya.
Hal ini dapat dilihat dari besarnya pengaruh tenaga listrik bagi kehidupan
masyarakat dalam rangka mengembangkan perekonomian bangsa yang tentunya akan
berimbas pada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Bukan hanya
itu, listrik telah mampu membuat kenyamanan bagi penggunanya, hanya saja itu
belum mampu dirasakan oleh seluruh masyarakat secara merata. Di Sulawesi Selatan
misalnya, masih tercatat 534 desa masih belum mampu merasakan terangnya malam
oleh sinar lampu yang dipancarkan oleh energi listrik tersebut.
Seiring dengan berjalannya waktu,
masalah listrik pun bermunculan. Mulai dari persedian pasokan energi yang
berkurang oleh faktor alam mengakibatkan PLN harus mengambil tindakan dengan
melakukan pemadaman bergilir. Hal ini tentunya berimbas pada aktivitas
masyarakat yang banyak bergantung pada energi listrik. Keadaan ini pun sentak menimbulkan reaksi
pada masyarakat. Menurut masyarakat, pemadaman listrik telah mengganggu
aktivitas sehari-hari. Mereka berpendapat, pemadaman bukanlah solusi, mengingat
krisis listrik merupakan persoalan kronis yang tak kunjung mendapatkan jalan
keluar. Pemerintah maupun PLN dinilai lamban mengatasi krisis listrik yang
mendera.
Perlu dipahami, bahwa masalah
listrik bukan hanya menjadi maslah PLN dan pemerintah tetapi menjadi tanggung
jawab seluruh elemen masyarakat dalam memberikan solusi konrit dalam
menyelesaikan masalah tersebut. Kaum cendekiawan yang tentunya selalu berfikir
juga harus andil dan memaksimalkan perannya dalam mejaga stabilitas dan
kemajuan sektor ketenagalistrikan. Hal inilah yang mendasari penulis tertarik
mengangkat judul “Peran Cendekiawan Terhadap Kemajuan Dan Stabilitas Sektor
Ketenagalistrikan”. Semoga dapat menjadi sebuah solusi untuk kaum
intelektual agar lebih memaksimalkan perannya dalam menyelesaiakan masalah
listrik di Indonesia.
Rumusan
masalah
Dari latar belakang di atas maka rumusan
masalah dalam karya tulis ilmiah ini adalah bagaimanakah peran cendekiawan bterhadap
kemajuan dan stabilitas sektor ketenagalistrikan?
Tujuan
penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dari
penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui peran cendekiawan
terhadap kemajuan dan stabilitas sektor ketenagalistrikan.
GAGASAN
Listrik dan
Permasalahannya
Suatu hal yang patut kita acungkan jempol
bahwa potensi sumber daya alam cukup melimpah. Potensi tersebut meliputi
berbagai sektor termasuk air sebagai pendukung sektor ketenagalistrikan yang
tentunya apabila dikelola dengan baik akan memberikan kontribusi dalam
pertumbuhan ekonomi bangsa. Listrik merupakan kebutuhan manusia diera modern
ini sehingga terkadang masyarakat pun bertindak jika kebutuhan listriknya
terganggu. menjadi korban pemadaman listrik secara bergilir
terus-menerus harus dirasakan.
pemadaman listrik tentu telah
mengganggu aktivitas sehari-hari
padahal jika dipikir maka pemadaman bukanlah solusi, mengingat krisis
listrik merupakan persoalan kronis yang tak kunjung mendapatkan jalan keluar. tak jarang warga mendatangi kantor PLN
berunjuk rasa sebagai bentuk protes, para pengunjuk rasa bahkan
melempari kantor itu dengan tomat busuk.
Pemerintah maupun PLN dinilai
lamban mengatasi krisis listrik yang mendera. Dalam beberapa tahun ini
pemadaman bergilir di sulawesi dan
lainnya seakan menjelma menjadi hantu, yang datang pada siang maupun
malam hari. Setiap saat warga terbayang soal pemadaman bergilir. Pemadaman listrik membuat warga tak bisa
lagi mencuci atau menenyetrika
pakaian sesuai jadwal normal. Semua pekerjaan yang tergantung listrik terpaksa
dikumpulkan pada saat listrik menyala. Warga juga mengeluh, banyak alat-alat
listrik mereka yang rusak akibat pemadaman listrik yang berkali-kali. Sehari
acap tiga kali pemadaman. Ini sudah
mengganggu dan merugikan warga. Kalau kekesalan menghadapi pemadaman ini
terakumulusi dengan berbagai persoalan lain, dikhawatirkan bisa timbul hal-hal
yang negatif.
Faktor alam
Faktor
alam menjadi alasan klasik tentang tak normalnya sistem kelistrikan di Sulselrabar. PLTA Bakaru yang menyuplai 25 persen-32 persen energi
listrik di Sulsel, nyaris kekeringan air pada musim kemarau ini setiap saat,
debit airnya menyusut. Masalah makin parah karena sedimentasi di PLTA itu
memprihatinkan. Diperkirakan tumpukan sedimen di Bakaru sudah lebih dari satu
juta meter kubik sehingga memengaruhi arus air yang masuk ke turbin.
Kuota BBM
Sebetulnya
PLN Sulselrabar bisa saja
memaksimalkan pembangkit yang menggunakan mesin-mesin berbahan baku solar di
PLTU Tello atau PLTD Suppa. Namun, kondisi mesin PLTU sendiri tidak
memungkinkan. Apalagi ada pembatasan kuota pembelian bahan bakar minyak. Untuk PLN Sulselrabar, kuota kami sebesar 223.000 kiloliter
per tahun. Memang dengan penggunaan solar, untuk setiap kilowatt per hour (kWh)
dibutuhkan 0,56 liter, yang kalau dirupiahkan menjadi Rp 2.000 per kwh. ini
cukup mahal. Ditambah lagi dengan
adanya aturan bahwa jika pemakaian solar melebihi dari kuota maka akan
mendapatan denda. dengan memaksimalkan penggunaan pembangkit yang
menggunakan solar, pemakajan solar bertambah 20 persen-30 persen dari jumlah kuota. Kalau saat normal kebutuhan
solar hanya sekitar 100 kiloliter-200 kiloliter per hari, dengan memaksimalkan
pembangkit kebutuhan solar meningkat menjadi 600 kiloliter per hari. Untuk
penambahan pemakaian solar ini saja, PLN harus mengeluarkan anggaran Rp 4
miliar-Rp 5 miliar per hari.
Pembangkit baru
Saat
ini dari kapasitas terpasang sebesar 575 MW, PLN Sulselra hanya punya daya 445
MW. Saat beban puncak daya rata-rata 430 MW-440 MW. Karena itu, menghadapi
kondisi sampai kini sistem kelistrikan di Sulsel selain dipasok PLTA Bakaru
(kapasitas 126 MW), juga dipasok Pembangkit Listrik Tenaga Diesel PLTD) Suppa
(65 MW), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tello (197 MW), PT Energi
Sengkang (135 MW), PLTA Bili-bili (20 MW), dan sejumlah pembangkit lainnya yang
berkapasitas kecil. Tetapi, sejak beberapa bulan ini pembangkit-pembangkit itu
kerap menghadapi sejumlah kendala. Sejak beberapa waktu lalu PLTA Bili-bili
juga tak beroperasi maksimal karena sumber air yang ada harus dibagi untuk
kepentingan irigasi dan air bersih. Karena itu, PLTA itu rata-rata hanya menyuplai
9 MW (siang) dan 13 MW (malam).
Runyamnya, masalah kelistrikan
di Sulselrabar seakan silih
berganti dan terjadi rutin setiap tahun. Tatkala beberapa PLTA didera faktor
alam, sejumlah pembangkit lainnya menghadapi masalah lain lagi. Sejak enam bulan
terakhir ini PLTD Suppa, PLTG Sengkang (PT Energi Sengkang), dan PLTU Tello tak
mampu beroperasi secara optimal karena sejumlah mesinnya mengalami perbaikan
berkala. PLTG Sengkang yang mempunyai tiga mesin pembangkit hanya mampu
menyuplai 67,5 MW dan daya normal 135 MW. Di PLTU Tello, dan 11 pembangkit yang
beroperasi hanya 3 mesin. Sisanya, selain dalam perbaikan juga ada yang rusak.
Karena itu, belakangan ini PLTU Tello hanya mampu memasok 70 MW. alam dan
mesin-mesin pembangkit yang telah uzur, harapan PLN tak lain adalah pembangunan
pembangkit baru yang handal.
Peran
Cendekiawan Terhadap Kemajuan dan Stabilitas Ketenagalistrikan
Kaum
cendekiawan tentunya memiliki tanggung jawab dalam melakukan rekontruksi
gerakan menuju perubahan di Indonesia. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Bung
Hatta bahwa kaum intelegensia Indonesia mempunyai tanggung jawab moril terhadap
perkembangan masyarakat. Apakah ia duduk di dalam pimpinan negara dan
masyarakat atau tidak, ia tidak akan terlepas dari tanggungjawab itu. Sekalipun
berdiri di luar pimpinan, sebagai rakyat demokratis, ia harus menegur dan
menentang perbuatan yang salah, dengan menunjukkan perbaikan menurut
keyakinannya.
Tanggung
jawab itu tentunya harus diejawantahkan dalam segala sektor termasuk pada
sektor ketenagalistrikan. Peran kaum cendekiawan dapat kita lihat dari berbagai
sudut pandang yaitu:
Kaum cendekiawan
sebagai pelopor
Sebagai pelopor maksudnya kaum
cendekiawan harus tanggap dalam melihat kondisi kekinian yang dialami oleh
dunia kelistrikan indonesia termasuk pada terbatasnya kapasitas daya listrik
yang tidak berimbang dengan kebutuhan masyarakat baik dalam skala rumah tangga
maupun yang dibutuhkan oleh dunia industri. Peran kaum cendekiawan dapat
dilihat dari banyaknya tenaga listrik alternatif yang mampu menajdi salah satu
solusi untuk memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia.
Kaum cendekiawan sebagai
promotor
Kaum cendekiawan menuntut ilmu
bukan hanya sekedar untuk dirinya tapi bagaimana dia mampu bermanfaat bagi
orang lain. Sebagai kaum cendekiawan, harus mampu memaksimalkan peran dan
fungsinya dalam memajukan perkembangan bangsa, dalam hal kelistrikan dia dapat
berfungsi ganda sebagai promotor. Hal yang dapat dilakukan adalah membantu PLN
dalam mempromosikan bagaimana agar masyarakat menggunakan tenaga listrik
seperlunya dan tidak berlebihan.
Mendorong
pertumbuhan ekonomi
Kaum
cendekiawan juga berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Salah
satu problem mendasar yang dihadapi oleh dunia ketenagalistrikan indonesia
terletak pada investasi modal yang kurang dalam mengembangkan listrik indonesa
sehingga disisi lain kita harus mengikutsertakan BUMS sebagai salah satu
pemegang saham dalam menangani masalah listrik indonesia. Inilah salah satu
yang dapat dilakukan oleh kaum cendekiawan adalah memajukan stabilitas ekonomi
bangsa yang akan berimbas pada peningkatan investasi dibidang
ketenagalisrtrikan.
Mencerdaskan
kehidupan bangsa
Mencerdaskan
kehidupan bangsa merupakan amanat UUD alinea ke-4 merupakan tolak ukur dari
kenberhasilan bangsa indonesia dalam upaya memeratakan pendidikan yang adil dan
mensejahterakan. Guna melahirkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang handal dibidang
ketenagalistrikan, kaum cendekiawan harus mampu memaksimalkan perannya dalam
memberikan konstribusi pengetahuan kepada generasi muda sehingga pengelolaan
SDA tidak lagi memakai tenaga asing tapi memanfaatkan tenaga lokal yang handal
disetiap bidangnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Indonesia
adalah salah satu negara yang memiliki SDA yang cukup berlimpah dalam menopang
pengembangan perekonomian bangsa, namun disisi lain berbagai masalah juga
dialami oleh Indonesia. Listrik merupakan kebutuhan masyarakat dalam mendukung
aktivitasnya namun mengalami berbagai macam kendala dalam menyiapkan pasokan
listrik mulai dari faktor alam sampai pada faktor pengelolaan yang dianggap
lamban. Hal ini tentunya memerlukan perhatian dari berbagai pihak termasuk kaum
cendekiawan. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh kaum cendekiawan adalah kaum
cendekiawan sebagai pelopor, sebagai promotor, membantu pertumbuhan ekonomi
nasional dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Saran-saran
Berbagai
masalah yang dihadapi oleh sektor ketenagalistrikan dapat diatasi dengan
memaksimalkan segala potensi yang ada. Seharusnya pemerintah harus peka dalam
melihat potensi daerahnya termasuk dengan memaksimalkan fungsi dan peran
seluruh masyarakat. Kaum cendekiawan juga harus turut membantu PLN dalam
mempromosikan program hemat listrik dan memaksimalkan fungsinya. Kepada pihak
PLN, ini adalah langkah bagus dalam melahirkan generasi muda yang memahami
masalah bangsanya termasuk di sektor kelistrikan tapi dalam lomba selanjutnya
dilampirkan sistematika penulisannya supaya penyusun tidak repot dalam menyusun
karya tulisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Iqbal Muhammad. 2010. Masalah pembangkit listrik di Indonesia.
www.kompas.com. Diakses pada tanggal 15 Desember 2011.
Forum Komunkasi Partai Politik Sulawesi
Selatan. 2011. Kertas Posisi. LSKP.
Makassar